Relevansi Pendidikan Keluarga Islami pada Masyarakat


Relevansi Pendidikan Keluarga Islami pada Masyarakat 

Oleh : M.Farkhan (160108503)
Mahasiswa Tribakti jurusan Pendidikan Agama Islam
Semester III

Abstrak

Keluarga adalah suatu unit dari masyarakat tempat awal pendidikan dimulai. Pendidikan Keluarga merupakan sistem pendidikan informal yang sangat bergantung pada kondisii interaksi antar anggota didalamnya. Kami katakan, Interaksi yang intens merupakan kunci utama keberhasilan pendidikan keluarga. Tak terkecuali pendidikan keluarga yang bernuansa islam. Dalam agama islam telah diatur tentang bagaimana mendidik anak yang merupakan anggota yang paling rentan terhadap segala input. Pranata dalam agama islam disini berfungsi sebagai Controler anak bagaimana bersikap dan berprilaku kedepanya. Pola manusia sekarang yang terkena badai modernisasi barat berakibat pada lupanya pada sistem pendidikan informal pertama yakni keluarga. Apalagi dikuatkanya sisitem itu dengan perasan dari Al-Quran dan Hadits.
Kata kunci : pendidikan keluarga, Islami, Interaksi, Komunikasi

Pendahuluan

Agama islam merupakan agama yang menghapus atau Meng-updrade (memperbaharui versi) agama sebelumnya. Seperti kita tahu agama yahudi dan nasrani juga merupakan agama allah yang tentu juga diturunkan pada ummat manusia melalui nabinya. Akan tetapi karena ketidakmampuan manusia untuk merawat bahkan malah mencemari agamanya sendiri, allah merevisi dan memperbaharui sistem agama itu.
          Islam, merupakan agama yang paling sempurna. Segala macam permasalahn terdapat disana, Qur’an dan Hadits nabi merupakan sumber utamanya. Mulai dari kisah orang terdahulu, hukum, bahkan masalah kemanusiian dibahas dalam Al-Quran. Tetapi saat ini beberapa aturan dalam Al-Quran yang berkaitan dengan beberapa hal, kemasyarakatan kekeluargaan misalnya, sangat banyak ditinggalkan. Alasanya karena dianggap kuno dan tak lagi cocok dengan perkembangan zaman.
       Dalam A-Quran juga dibahas tentang keluarga. Keluarga merupakan elemen terpenting dalam kehidupan. Kasih sayang, Pendidikan dan berbagai pranata berasal dari sana. Bahkan nabi sampai-sampai bersaba “barangsiapa yang menikah, berarti telah melindungi setengah agamanya”[1]. Dari sini nabi memberikan isyarat bagi kita untuk semangat dalam mewujudkan sistem keluarga terbaik yang akan menjadi tolak ukur baiknya suatu umat. Karena, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat.

Pembahasan

Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]  Keluarga juga merupakan awal terbentuknya karakter seorang individu. Bagaimana tidak, pendidikan yang paliang awal diterima seorang anak adalah pendidikan dari seorang ibu.
Senada dengan pengertian diatas menurut pemerintah dalam UU No. 10 Tahun 1992. Menyatakan, “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.”[3]
Seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, Sang bapak pendidikan Indonesia juga berpendapat “Menurut pendapat saya, alam keluarga itu adalah suatu tempat yang sebaik-bainya untuk melakukan pendidikan sosial juga, sehingga boleh dikatakan, bahwa keluarga itulah tempat-pendidikan yang lebih sempurna sifat da ujudnya daripada pusat-lain-lainnya, untuk melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan budi pekerti (pembentukan watak individuil) dan sebagai persediaan hidup kemasyarakatan.”[4] Dari sana dapat kita simpulkan bahwa keluarga dan pendidikan tidaklah bisa dipisahkan dari bagaimana “hubungan” antar komponen didalamnya, dalam dal ini adalah Ayah, Ibu, pendidik dan sang anak.
Sosok orangtua dalam suatu keluarga tidaklah bisa tergantikan. Orangtua harus berperan ganda menjadi pengasuh, menjadi pendidik bahkan menjadi seorang teman bagi anaknya. Seorang bapak harus menjadi teladan utama bagi anak laki-lakinya. Seorang ibu juga menjadi sosok utama yang akan di-copy kelakuanya oleh anak permpuanya. Maka dari sisni, keteladanan, ahlak dan sikap seorang ibu dan bapak (orangtua) haruslah sempurna dihadapan anaknya sendiri dan dihadapan khalayak umum. Sekali lagi Mengapa demikian ? karena anak adalah seorang peniru yang ulung, tindakan didalam keluarga dan diluar keluarga mau tidak mau akan terekam dalam benaknya. Dan akan dipraktekkan suatu hari nanti.

Pendidikan Keluarga Menurut Islam

Pendidikan bernuansa islami akan terasa sangat penting apabila pegangan akan agama islam itu sendiri kuat. Kenapa ? karena Sumber Hukum Al-Quran, Hadits sampai kesepakatan Ulama’  kita, sebenarnya sudah menyediakan segala pranata mulai dari hukum keluarga, kemasyarakatan bahkan yang lebih rinci lagi, bagaimana hubungan kekeluargaan yang baik dan benar. Tinggal bagaimana individunya menyikapi semua itu, mau menggunakanya atau malah mengabaikanya.
Dalam Al-Quran sudah diatur bagaimana bersikap keseharian dan bagaimana menghubungkan semua hal dengan usaha dan penyerahan diri terhadap Tuhan. Misalnya dalam urusan keluarga, Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Terjemahnya : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS.At-Tahrîm Ayat 6)
Menurut penuturan Abu Isma’il Muslim al-Atsari dalam terjemahan Tarbiyah Al-Muqoddam, syaikh Qatâdah rahimahullah berkata, “(Menjaga keluarga dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allâh dan melarang mereka dari kemaksiatan kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengatur mereka dengan perintah Allâh, memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah Allâh, dan membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allâh. Maka jika engkau melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allâh, maka engkau harus menghentikan dan melarang keluarga(mu) dari kemaksiatan itu”.[5] Dari keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan langkah awal dalam penerapan pendidikan, terutama pendidikan ahlak dan tauhid.
Dalam buku yang sama, disebutkan Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari  menerangkan “Allâh Yang Maha Tinggi sebutannya berfirman, ‘Wahai orang-orang yang membenarkan Allâh dan RasulNya ‘Peliharalah dirimu!’, yaitu maksudnya, ‘Hendaklah sebagian kamu mengajarkan kepada sebagian yang lain perkara yang dengannya orang yang kamu ajari bisa menjaga diri dari neraka, menolak neraka darinya, jika diamalkan. Yaitu ketaatan kepada Allâh. Dan lakukanlah ketaatan kepada Allâh.Firman Allâh ‘dan keluargamu dari api neraka!’, Maksudnya, ‘Ajarilah keluargamu dengan melakukan ketaatan kepada Allâh yang dengannya akan menjaga diri mereka dari neraka.[6] Menurut Abu Isma’il, Mayoritas Para ahli tafsir mengatakan hal yang sama seperti yang dijabarkanya ini.
Setelah menerangkan panjang lebar lebar mengenai keluarga dan sedikit tentang dalilnya dalam Al-Quran. Jadi, apa sebenarnya yang disebut pendidikan keluarga islami ? Pendidikan Keluarga islami adalah suatu sistem pendewasaaan dan pendidikan dalam keluarga dan lingkungan yang bernafaskan islam. Perlu diketahui bahwa pendidikan keluarga dan lingkungan sosial disebut juga pendidikan Informal. Pendidikan informal tidak terbatas pada jam masuk, kurikulum, ujian, bahkan bisa dibilang mandiri.
Disbutkan dalam Undang-undang No.30 tahun 2003 pasal 1 ayat 13 tentang Sisdiknas “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan[7] untuk pelaksanaanya disebutkan dalam peraturan pemeintah no.17 tahun 2010 pasal 116 yang bunyinya “Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.[8] Maka patutlah kita sebagai seorang muslim menggunakan apa yang kita punya yakni Al- Quran, Hadits dan berbagai kesepakatan ulama’ kita untuk menjalankan sisitem pendidikan keluarga bernafas islami. 
Problematika dan Solusi Pendidikan Keluarga Islam
Kemajuan informasi yang sangat pesat di era milenium ini merupakan sebuah permasalahan dan sebuah tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, masa perubahan dari manual menuju digital hanya berlangsung kurang dari dua dekade. Sumber rujukan para praktisi pendidikan yang semula hanya buku-buku usang terbitan 90’ an, perlahan tapi pasti berganti dengan yang namanya internet.
Internet dipandang sebagai hal yang mengasyikkan daripada membaca berbaris-baris buku berdebu di perpustakaan, alhasil perpustakaan semakin hari semakin sepi dari para kutu buku. Internet menawarkan hal-hal baru yang tidak ada dalam buku, gambar-gambar menarik, vidio bahkan berbagai jejaring sosial internet menggantikan peran komunikasi langsung. Internet juga berdampak pada suatu candu yang disebut “Fomo” atau Fear of Missing Out yaitu sebuah gangguan  berupa kecemasan sosial apabila didak dapat berhubungan sosial di dunia maya (internet).[9]
  Selain masalah psikologi fomo, internet juga berdampak pada ketergantungan masyarakat terhadap segala sesuatu.  Segala kebutuhan terdapat diinternet toko-toko juga sekarang sanagat marak berbasis online. lebih praktis, ekonomis tanpa ribet dan menghemat waktu. Hal itu juga memperparah keadaan interaksi sosial masyarakat sekarang. Orang tua sekarang lebih asyik online berselancar didunia maya daripada memperhatikan anaknya belajar. Hal ini sangat umum terjadi sekarang.
Dari sisi lain, anak rupanya juga berlaku demikian. Lebih senang bermain gadget  daripada interaksi intens atau mencurahkan isi hatinya pada orang tua. Karena kedua belah memang sama permasalahanya dalam artian kurangnya interaksi dalam kubunya (keluarga) ditambah dengan carut-marutnya kurikulum pendidikan maka efeknya adalah berbagai macam doktrin dan pergaulan yang tidak terarah. Mulai dari seks bebas yang diakibatkan oleh marakya halaman online yang menawarkan gambar/ vidio tak senonoh, mulainya mengenal narkoba akibat tak adanya kontrol orangtua akan waktu hang-out / main, dan berbagai macam permasalahan lainya.dari petinjau diatas, maka wajar jika maoritas para orangtua sekarang galau cemas dan was-was akan keadaan buah hatinya.
 Efek perkembangan teknologi yang tidak dapat direka dan diprediksi menjadi momok menyeramkan bagi mereka. Tetapi agama sudah lebih dahulu mengetahui hal ini, dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits nabi semua itu dapat dikendalikan.
Pendidikan keluarga islami misalnya, menawarkan berbagai macam teori dan jawaban atas segala kecemasan keluarga sekarang. Pendidikan keluarga islami menuntut adanya peran aktif orangtua dalam tumbuh kembang anak, semenjak buaian hingga menginjak baligh/ dewasa bahkan lebih-lebih sampai jenjang pernikahan.
Sikap keluarga mempunyai tipe yang berbeda dalam mendidik anak, contohnya, tipe keluarga di Jerman menjadikan Seorang bapak lebih berkuasa. Sedangkan berbeda lagi dengan keluarga Negro. keluarga Negro menjadikan sosok Seorang ibu yang lebih berkuasa. demikian pula perbedaan itu lebih disebabkan oleh kultur, suku, budaya, bahasa, dan agama. Menurut Islam, keluarga adalah unit terkecil yang terbentuk melalui perkawinan yang sah, baik menurut hukum syari’ah Islam maupun menurut perundang-undangan negara.Untuk membentuk keluarga idaman yang penuh dengan kasih sayang dan keharmonisan,harus dibangun atas dasar iman dan taqwa sehingga keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW,memberikan garis besar tugas orang tua dalam pendidikan keluarga yaitu memberikan nama yang baik,mengajarkan sopan santun(termasuk juga mendidik agama),mengajarkan baca-tulis, berenang,dan memanah(keterampilan), memberikan makanan yang halal dan bergizi,serta menikahkan ketika sudah dewasa.[10] Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut keluarga terutama orang tua membagi tugas secara sistematis,maka orang tua berperan sebagai guru dan anak sebagai murid,dipandang dari sudut tempat dan lingkungan,maka rumah dan segala isinya menjadi lingkugan yang edukatif.
Oleh karena itu,sistem pendidikan Islam dalam keluarga melalui proses dan tahapan,dimana proses dan tahapan itu disebut dengan periodesasi.Menurut konsep pendidikan Islam,pendidikan dalam keluarga dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode pra-konsepsi,periode pre-natal,dan periode post-natal.[11]
1.         Periode pra-konsepsi
Yang dimaksud disini adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang dimulai semenjak seseorang memilih pasangan hidup sampai pada saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim si ibu.Pada saat seseorang akan memilih calon pasangan hidupnya,kriteria pertama adalah agama,yaitu memilih pasangan yang seagama.Kriteria yang kedua adalah mempunyai budi pekerti yang luhur,ketiga adalah berasal dari keluarga baik-baik,keempat adalah mempunyai kesempurnaan fisik,dan kelima adalah adanya kecocokan,cinta,keserasian,dan kesetiaan.Krieria tersebut akan sangat berpengaruh kepada pribadi dan karakter anak yang dicita-citakan.
Setelah proses pernikahan maka terbentuklah keluarga baru,langkah yang dilakukan adalah mencari rezeki yang halal sehingga makanan,minuman pakaian,tempat tinggal,merupakan hasil yang diridhoi Allah SWT.
2.         Periode pre-natal
Adalah suatu pendidikan yang dilakukan oleh calon ayah dan ibu pada saat anak masih berada dalam kandungan.Dalam kondisi seperti ini hendaknya calon ayah dan ibu banyak beribadah kepada Allah,selalu berbudi pekerti yang baik,banyak membaca ayat-ayat Al-Qur’an, karna pada fase prenatal terjadi pertumbuhan yang penting di dalam rahim ibu.Suasana kesehatan dan kejiwaan ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam rahimnya. Rangsangan yang diberikan ibu kepada anaknya dalam rahim sangat penting bagi perkembangan selanjutnya.Ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak sejak dalam rahim.
Memasuki bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan, bayi mulai mendengar suara-suara seperti detak jantung ibu, suara usus dan paru-paru, dan juga suara lain di luar rahim. Semua itu didengarkan melalui getaran ketuban yang ada dalam rahim. Suara ibu adalah suara manusia yang paling jelas didengar anak, sehingga suara ibu selalu menjadi suara manusia yang paling disukai anak..Kemampuan mendengar ini sebaiknya digunakan oleh ibu untuk membuat anaknya terbiasa dengan ayat-ayat al-Qur’an. Karena suara ibulah yang paling jelas, maka yang terbaik bagi anak dalam rahim adalah bacaan ayat al-Qur’an oleh ibunya sendiri, bukan dari tape, radio atau dari orang lain.
3.         Periode post-natal
Merupakan pendidikan yang dimulai sejak anak lahir sampai dewasa.dalam praktek pendidikan Rasulullah SAW telah menanamkan dasar-dasar pendidikan keluarga sebagaimana yang dikutip Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulum al-Din,anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya hendaklah disembelihkan aqiqahnya,serta diberi nama yang baik jika ia telah berusia enam tahun,didiklah ia dengan adab susila(akhlak), jika ia telah berusia 9 tau hendaklah pisahkan tempat tidurnya.Dan jika ia telah berusia 13 tahun pukullah ia jka tidak mengerjakan shalat,serta jika ia telah berusia 16 tahun ia boleh dinikahkan.
Berdasarkan hadis tersebut maka pendidikan post-natal dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan anak sebagai berikut:
a.       Anak berusia 0-3 tahun
Dalam usia ini lebih ditekankan dalam pendidikan jasmani,seperti belajar jalan,duduk dan sebagainya,menciptakan suasana religius dalam diri anak, seperti membri adzan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri, disembelihkan hewan aqiqah, memberi nama yang baik, mencukur rambut dan lainnya.
b.      Anak usia 3-7 tahun,
Pada usia 3 tahun anak sudah dididik karena anak sudah mulai mengenal bahasa dan mengenal wibawa,sudah mulai mempunyai keinginan dan kehendak.Pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah mengamalkan ajaran Islam yang bersifat praktis,seperti membaca doa makan,tidur,membaca basmalah untuk memulai kegiatan dan membaca hamdalah seusai kegiatan,memberi kasih sayang,dan sebagainya.
c.       Anak usia 7-13 tahun
Pada usia ini anak sudah memasuki sekolah dan anak mulai tumbuh daya intelektualnya.Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua adalah melatih anak untuk bisa membedakan yang baik dan yang buruk,memisahkan tempat tidur antara anak dengan orang tua,antara laki-laki dengan perempuan.Dalam mendidik anak ketika memasuki sekolah,orang tua mempunya tugas untuk
1)  Memasukkan anak ke sekolah yang tidak bertentangan degan agama atau keyakinan.
2) Tetap membimbing dan mengawasi amaliyah agama.
3) Selalu memberikan perhatian dan kasih sayang.
4) Memonitoring/mengawasi pergaulan diluar rumah dan mengarahkan agar bergaul dengan teman yang baik.
    Demikianlah proses dan peranan pendidikan keluarga dalam mendidik anak menurut konsep pendidikan islam. Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui betapa pentingnya peran ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya, mengembangkan potensi, bakat dan minatnya serta mengarahkan anak agar selalu mengimplementasikan nilai–nilai keislaman.
Pendidikan keluarga islami juga menawarkan berbagai macam pembelajaran yang sangat ampuh dalam membimbing anak menuju pribadi yang baik dan bersahaja. Berikut merupakan beberpa pandangan Abu Umar tentang pendidikan dasar islami yang patut diajarkan pada anak.[12]
a)      Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Terjemahnya :“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (QS.An- Nisa: 48)
b)      Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Terjemahnya : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
Dalam riwayat lain dijelaskan “Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat)” (Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
c)      Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
d)      Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
e)      Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
f)       Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta menakuti mereka dengan gelap.
g)      Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak sesuai adat dan Syariat, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Pada kenyataanya Sistem ini masih bertahan pada daerah yang masih kental nuansa agamanya. Sangat jarang sekali dikota-kota besar menerapkan sistem ini. Hal itu mungkin saja dipengaruhi oleh gaya hidup kabarat-baratan, kapitalis bahkan mungkin juga karena lemahnya pengetahuan agama. Faktor lain yang juga mungkin berpengaruh adalah sangat sibuknya orangtua dalam mencari penghidupan di kota besar. Kebutuhan sehari-hari yang tinggi ditambah dengan kurangnya waktu luang untuk keluarga menjadi sebab kurang diterapkanya sistem ini.
Faktor Penyebab Pendidikan Keluarga Islami Ini Kurang Diminati
Faktor Dewasa ini, keluarga muslim seakan kehilangan jati dirinya sebagai keluarga muslim sejati. Bagaimana tidak, mereka lebih tertarik dengan sistem barat yang erat kaitanya dengan Liberalisme. Anak diberi kebebasan sebebas-bebasnya, baik dalam bersikap sampai beragama. Memang, Allah tidak pernah melarang seorang menusia untuk masuk agamanya, tetapi alangkah tidak etisnya di negeri yang mayoritas muslim ini, orang-orangnya malah lebih gemar memakai pranata dari barat.
Setidaknya ada 2 faktor yang menjadi penyebab pendidikan keluarga islami ini kurang diminati bahkan terkesan asing
Kurangnya pemahaman agama adalah faktor yang paling dominan disini. Latar belakang keluarga sekali lagi yang jadi masalah didepan masalah. Kesadaran akan pendidikan agama orangtua yang kurang akan menjadi rantai abadi dalam sistem keluarga berikutnya.
Jika dilihat penggalan keterangan diatas tentang bertahannya sistem pendidikan keluarga islami ini, maka akan ditarik kesimpulan bahwa ekonomi keluarga juga bagian dari faktor kurang diminatinya sistem ini. Dari tinjauan waktu, orangtua yang berada dikota akan menghabiskan lebih dari 8 jam dikantor untuk bekerja. Tujuanya juga untuk menghidupi keluarga itu sendiri. Waktu sang  kepala keluarga akan terkuras untuk menghidupi keluarganya. Ditambah cicilan ini itu, dan tuntutan yang lainya.
Kesimpulan
Pendidikan Keluarga islami adalah suatu sistem pendewasaaan dan pendidikan dalam keluarga dan lingkungan yang bernafaskan islam. Perlu diketahui bahwa pendidikan keluarga dan lingkungan sosial disebut juga pendidikan Informal.
Pada kenyataanya Sistem ini ditemukan bertahan pada daerah yang masih kental nuansa agamanya. Sangat jarang sekali dikota-kota besar menerapkan sistem ini. Hal itu mungkin saja dipengaruhi oleh gaya hidup kabarat-baratan, kapitalis bahkan mungkin juga karena lemahnya pengetahuan agama. Faktor lain yang juga mungkin berpengaruh adalah sangat sibuknya orangtua dalam mencari penghidupan di kota besar. Kebutuhan sehari-hari yang tinggi ditambah dengan kurangnya waktu luang untuk keluarga menjadi sebab kurang diterapkanya sistem ini.
Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab pendidikan keluarga islami ini kurang diminati. Pertama adalah kurangnya pemahaman orangtua akan agama sehingga akan menjadi rantai yang takberuung di generasi selanjutnya. Yang kedua adalah faktor ekonomi. Ekonomi memaksa sebuah keluarga menjauh dari keluarganya sendiri. Kebutuhan yang tinggi memaksa kepala keluarga bekerja ekstra. Sehingga mengorbankan waktunya sendiri untuk keluarganya.

Daftar Pustaka

Abu Isma’il Muslim al-Atsari.2014.Tarbiyaah Al-Muqoddam. Jakarta:Kalam Abadi
Efendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung:Remaja Rosda Karya
Jamil Zainu, Muhammad. 2015, Kaifa Nurabbi Auladana,Terj . Abu Umar Al-Bankawy, Jakarta: Ar Raihan
Langgulung,Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan, ”Analisis Psikologi dan Pendidikan”, Jakarta:Pustaka al-Husna
Republik Indonesia, UU, No. 10 Tahun 1992
Republik Indonesia UU.No.30 tahun 2003
Republik Indonesia Peraturan pemeintah no.17 tahun 2010
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Sumber Internet :
Ki Hadjar Dewantara,”Pendidikan keluarga”,Majalah Wasita Jilid 1 No.3, Desember 1928. (dimuat ulang https://nasional.sindonews.com/diakses 14 oktober 2017)
Dr. Ripen Sippy, “Fomohttps://in.wikipedia/fomo, diakses pada 21 oktober 2017.














[1] Abu Hamid Muhammad,Ihya’ Ulumiddin,terj.Ahmad Zainuddin,(Jakarta:Bintang ilmu,2008), hlm.115
[2] Efendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung:Remaja Rosda Karya), hlm. 54
[3] Republik Indonesia, UU, No. 10 Tahun 1992
[4] Ki Hadjar Dewantara,”Pendidikan keluarga”,Majalah Wasita Jilid 1 No.3, Desember 1928. (dimuat ulang https://nasional.sindonews.com/diakses 14 oktober 2017)
[5] Abu Isma’il Muslim al-Atsari Tarbiyaah Al-Muqoddam.(Jakarta:Kalam Abadi,2014),hlm.54
[6] Ibid, hlm. 66
[7] Republik Indonesia, UU, No. 30  Tahun 2003
[8] Republik Indonesia, peraturan pemeintah no.17 tahun 2010
[9] Dr. Ripen Sippy, “Fomo” https://in.wikipedia/fomo, diakses pada 21 oktober 2017.
[10] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan,Analisis Psikologi dan Pendidikan(Jakarta:Pustaka al-Husna,1986)hlm 335
[11] Ibid,
[12] Muhammad Jamil Zainu, Kaifa Nurabbi Auladana,Terj . Abu Umar Al-Bankawy, (Jakarta: Ar Raihan, 2015),hlm. 44

Komentar

  1. Casinos with Free Spins – Wooricasinos
    Casinos with Free 먹튀검증업체 순위 Spins – Wooricasinos.info. Casinos sss포커 with Free Spins 메가 슬롯 – Wooricasinos.info. Casinos with 승인전화없는 꽁머니 사이트 Free Spins – Wooricasinos.info. Casinos with 강원 랜드 떡 Free Spins – Wooricasinos.info.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pendidikan Islam Dra. Zuhairini, dkk [RESENSI]

Pemikiran Pendidikan Ibnu Miskawaih [Makalah]