Relevansi Pendidikan Keluarga Islami pada Masyarakat
Relevansi Pendidikan Keluarga Islami pada Masyarakat
Oleh : M.Farkhan (160108503)
Mahasiswa Tribakti jurusan
Pendidikan Agama Islam
Abstrak
Keluarga adalah suatu unit dari
masyarakat tempat awal pendidikan dimulai. Pendidikan Keluarga merupakan sistem
pendidikan informal yang sangat bergantung pada kondisii interaksi antar
anggota didalamnya. Kami katakan, Interaksi yang intens merupakan kunci utama
keberhasilan pendidikan keluarga. Tak terkecuali pendidikan keluarga yang
bernuansa islam. Dalam agama islam telah diatur tentang bagaimana mendidik anak
yang merupakan anggota yang paling rentan terhadap segala input. Pranata dalam
agama islam disini berfungsi sebagai Controler anak bagaimana bersikap dan
berprilaku kedepanya. Pola manusia sekarang yang terkena badai modernisasi
barat berakibat pada lupanya pada sistem pendidikan informal pertama yakni
keluarga. Apalagi dikuatkanya sisitem itu dengan perasan dari Al-Quran dan
Hadits.
Kata kunci : pendidikan keluarga, Islami, Interaksi, Komunikasi
Pendahuluan
Agama islam merupakan agama yang
menghapus atau Meng-updrade (memperbaharui versi) agama sebelumnya.
Seperti kita tahu agama yahudi dan nasrani juga merupakan agama allah yang
tentu juga diturunkan pada ummat manusia melalui nabinya. Akan tetapi karena
ketidakmampuan manusia untuk merawat bahkan malah mencemari agamanya sendiri,
allah merevisi dan memperbaharui sistem agama itu.
Islam,
merupakan agama yang paling sempurna. Segala macam permasalahn terdapat disana,
Qur’an dan Hadits nabi merupakan sumber utamanya. Mulai dari kisah orang
terdahulu, hukum, bahkan masalah kemanusiian dibahas dalam Al-Quran. Tetapi
saat ini beberapa aturan dalam Al-Quran yang berkaitan dengan beberapa hal,
kemasyarakatan kekeluargaan misalnya, sangat banyak ditinggalkan. Alasanya
karena dianggap kuno dan tak lagi cocok dengan perkembangan zaman.
Dalam A-Quran juga dibahas tentang keluarga.
Keluarga merupakan elemen terpenting dalam kehidupan. Kasih sayang, Pendidikan
dan berbagai pranata berasal dari sana. Bahkan nabi sampai-sampai bersaba “barangsiapa yang menikah, berarti telah melindungi
setengah agamanya”[1]. Dari
sini nabi memberikan isyarat bagi kita untuk semangat dalam mewujudkan sistem
keluarga terbaik yang akan menjadi tolak ukur baiknya suatu umat. Karena,
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat.
Pembahasan
Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]
Keluarga juga merupakan awal
terbentuknya karakter seorang individu. Bagaimana tidak, pendidikan yang
paliang awal diterima seorang anak adalah pendidikan dari seorang ibu.
Senada dengan pengertian diatas menurut pemerintah
dalam UU No. 10 Tahun 1992. Menyatakan, “Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah
dan anaknya atau ibu dan anaknya.”[3]
Seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, Sang bapak
pendidikan Indonesia juga berpendapat “Menurut pendapat saya, alam keluarga
itu adalah suatu tempat yang sebaik-bainya untuk melakukan pendidikan sosial
juga, sehingga boleh dikatakan, bahwa keluarga itulah tempat-pendidikan yang
lebih sempurna sifat da ujudnya daripada pusat-lain-lainnya, untuk
melangsungkan pendidikan ke arah kecerdasan budi pekerti (pembentukan watak
individuil) dan sebagai persediaan hidup kemasyarakatan.”[4] Dari sana dapat kita simpulkan bahwa keluarga dan
pendidikan tidaklah bisa dipisahkan dari bagaimana “hubungan” antar komponen
didalamnya, dalam dal ini adalah Ayah, Ibu, pendidik dan sang anak.
Sosok orangtua dalam suatu keluarga tidaklah bisa
tergantikan. Orangtua harus berperan ganda menjadi pengasuh, menjadi pendidik
bahkan menjadi seorang teman bagi anaknya. Seorang bapak harus menjadi teladan
utama bagi anak laki-lakinya. Seorang ibu juga menjadi sosok utama yang akan
di-copy kelakuanya oleh anak permpuanya. Maka dari sisni, keteladanan,
ahlak dan sikap seorang ibu dan bapak (orangtua) haruslah sempurna dihadapan
anaknya sendiri dan dihadapan khalayak umum. Sekali lagi Mengapa demikian ?
karena anak adalah seorang peniru yang ulung, tindakan didalam keluarga dan
diluar keluarga mau tidak mau akan terekam dalam benaknya. Dan akan
dipraktekkan suatu hari nanti.
Pendidikan Keluarga
Menurut Islam
Pendidikan bernuansa islami akan terasa sangat
penting apabila pegangan akan agama islam itu sendiri kuat. Kenapa ? karena
Sumber Hukum Al-Quran, Hadits sampai kesepakatan Ulama’ kita, sebenarnya sudah menyediakan segala pranata
mulai dari hukum keluarga, kemasyarakatan bahkan yang lebih rinci lagi,
bagaimana hubungan kekeluargaan yang baik dan benar. Tinggal bagaimana
individunya menyikapi semua itu, mau menggunakanya atau malah mengabaikanya.
Dalam Al-Quran sudah diatur bagaimana bersikap
keseharian dan bagaimana menghubungkan semua hal dengan usaha dan penyerahan
diri terhadap Tuhan. Misalnya dalam urusan keluarga, Allah berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Terjemahnya : Wahai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS.At-Tahrîm Ayat 6)
Menurut penuturan Abu Isma’il Muslim al-Atsari dalam terjemahan Tarbiyah
Al-Muqoddam, syaikh Qatâdah rahimahullah berkata, “(Menjaga keluarga
dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allâh dan
melarang mereka dari kemaksiatan kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengatur
mereka dengan perintah Allâh, memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah
Allâh, dan membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allâh. Maka jika engkau
melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allâh, maka engkau harus
menghentikan dan melarang keluarga(mu) dari kemaksiatan itu”.[5] Dari
keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan langkah awal dalam
penerapan pendidikan, terutama pendidikan ahlak dan tauhid.
Dalam buku yang sama, disebutkan Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menerangkan “Allâh Yang Maha Tinggi sebutannya
berfirman, ‘Wahai orang-orang yang membenarkan Allâh dan RasulNya ‘Peliharalah
dirimu!’, yaitu maksudnya, ‘Hendaklah sebagian kamu mengajarkan kepada sebagian
yang lain perkara yang dengannya orang yang kamu ajari bisa menjaga diri dari
neraka, menolak neraka darinya, jika diamalkan. Yaitu ketaatan kepada Allâh.
Dan lakukanlah ketaatan kepada Allâh.Firman Allâh ‘dan keluargamu dari api neraka!’,
Maksudnya, ‘Ajarilah keluargamu dengan melakukan ketaatan kepada Allâh yang
dengannya akan menjaga diri mereka dari neraka.[6] Menurut Abu
Isma’il, Mayoritas Para ahli tafsir mengatakan hal yang sama seperti yang dijabarkanya
ini.
Setelah menerangkan panjang lebar lebar mengenai keluarga dan
sedikit tentang dalilnya dalam Al-Quran. Jadi, apa sebenarnya yang disebut
pendidikan keluarga islami ? Pendidikan Keluarga
islami adalah suatu sistem pendewasaaan dan pendidikan dalam keluarga dan
lingkungan yang bernafaskan islam. Perlu diketahui bahwa pendidikan keluarga
dan lingkungan sosial disebut juga pendidikan Informal. Pendidikan
informal tidak terbatas pada jam masuk, kurikulum, ujian, bahkan bisa dibilang
mandiri.
Disbutkan dalam Undang-undang No.30 tahun 2003 pasal 1 ayat 13
tentang Sisdiknas “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan”[7]
untuk pelaksanaanya disebutkan dalam peraturan pemeintah no.17 tahun 2010 pasal
116 yang bunyinya “Pendidikan informal dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.[8]
Maka patutlah kita sebagai seorang muslim menggunakan apa yang kita punya yakni
Al- Quran, Hadits dan berbagai kesepakatan ulama’ kita untuk menjalankan
sisitem pendidikan keluarga bernafas islami.
Problematika dan Solusi Pendidikan Keluarga Islam
Kemajuan
informasi yang sangat pesat di era milenium ini merupakan sebuah permasalahan
dan sebuah tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, masa perubahan dari manual
menuju digital hanya berlangsung kurang dari dua dekade. Sumber rujukan para
praktisi pendidikan yang semula hanya buku-buku usang terbitan 90’ an, perlahan
tapi pasti berganti dengan yang namanya internet.
Internet
dipandang sebagai hal yang mengasyikkan daripada membaca berbaris-baris buku
berdebu di perpustakaan, alhasil perpustakaan semakin hari semakin sepi dari
para kutu buku. Internet menawarkan hal-hal baru yang tidak ada dalam buku,
gambar-gambar menarik, vidio bahkan berbagai jejaring sosial internet
menggantikan peran komunikasi langsung. Internet juga berdampak pada suatu
candu yang disebut “Fomo” atau Fear of Missing Out yaitu
sebuah gangguan berupa
kecemasan sosial apabila didak dapat berhubungan sosial di dunia maya
(internet).[9]
Selain masalah psikologi fomo, internet juga
berdampak pada ketergantungan masyarakat terhadap segala sesuatu. Segala kebutuhan terdapat diinternet
toko-toko juga sekarang sanagat marak berbasis online. lebih praktis, ekonomis
tanpa ribet dan menghemat waktu. Hal itu juga memperparah keadaan interaksi
sosial masyarakat sekarang. Orang tua sekarang lebih asyik online berselancar
didunia maya daripada memperhatikan anaknya belajar. Hal ini sangat umum
terjadi sekarang.
Dari
sisi lain, anak rupanya juga berlaku demikian. Lebih senang bermain gadget daripada interaksi intens atau mencurahkan
isi hatinya pada orang tua. Karena kedua belah memang sama permasalahanya dalam
artian kurangnya interaksi dalam kubunya (keluarga) ditambah dengan
carut-marutnya kurikulum pendidikan maka efeknya adalah berbagai macam doktrin
dan pergaulan yang tidak terarah. Mulai dari seks bebas yang diakibatkan oleh
marakya halaman online yang menawarkan gambar/ vidio tak senonoh, mulainya
mengenal narkoba akibat tak adanya kontrol orangtua akan waktu hang-out / main,
dan berbagai macam permasalahan lainya.dari petinjau diatas, maka wajar jika
maoritas para orangtua sekarang galau cemas dan was-was akan keadaan
buah hatinya.
Efek perkembangan teknologi yang tidak dapat
direka dan diprediksi menjadi momok menyeramkan bagi mereka. Tetapi agama sudah
lebih dahulu mengetahui hal ini, dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits nabi semua
itu dapat dikendalikan.
Pendidikan
keluarga islami misalnya, menawarkan berbagai macam teori dan jawaban atas
segala kecemasan keluarga sekarang. Pendidikan keluarga islami menuntut adanya
peran aktif orangtua dalam tumbuh kembang anak, semenjak buaian hingga
menginjak baligh/ dewasa bahkan lebih-lebih sampai jenjang pernikahan.
Sikap keluarga mempunyai tipe yang berbeda dalam mendidik anak,
contohnya, tipe keluarga di Jerman menjadikan Seorang bapak lebih berkuasa. Sedangkan
berbeda lagi dengan keluarga Negro. keluarga Negro menjadikan sosok Seorang ibu
yang lebih berkuasa. demikian pula perbedaan itu lebih disebabkan oleh kultur,
suku, budaya, bahasa, dan agama. Menurut Islam, keluarga adalah unit terkecil
yang terbentuk melalui perkawinan yang sah, baik menurut hukum syari’ah Islam
maupun menurut perundang-undangan negara.Untuk membentuk keluarga idaman yang
penuh dengan kasih sayang dan keharmonisan,harus dibangun atas dasar iman dan
taqwa sehingga keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW,memberikan garis besar tugas orang tua dalam
pendidikan keluarga yaitu memberikan nama yang baik,mengajarkan sopan santun(termasuk
juga mendidik agama),mengajarkan baca-tulis, berenang,dan
memanah(keterampilan), memberikan makanan yang halal dan bergizi,serta
menikahkan ketika sudah dewasa.[10] Untuk
menjalankan tugas-tugas tersebut keluarga terutama orang tua membagi tugas secara
sistematis,maka orang tua berperan sebagai guru dan anak sebagai
murid,dipandang dari sudut tempat dan lingkungan,maka rumah dan segala isinya
menjadi lingkugan yang edukatif.
Oleh karena itu,sistem pendidikan Islam dalam keluarga melalui
proses dan tahapan,dimana proses dan tahapan itu disebut dengan
periodesasi.Menurut konsep pendidikan Islam,pendidikan dalam keluarga dapat
dibagi menjadi tiga periode yaitu periode pra-konsepsi,periode pre-natal,dan
periode post-natal.[11]
1.
Periode pra-konsepsi
Yang
dimaksud disini adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang dimulai
semenjak seseorang memilih pasangan hidup sampai pada saat setelah terjadinya
pembuahan dalam rahim si ibu.Pada saat seseorang akan memilih calon pasangan
hidupnya,kriteria pertama adalah agama,yaitu memilih pasangan yang
seagama.Kriteria yang kedua adalah mempunyai budi pekerti yang luhur,ketiga
adalah berasal dari keluarga baik-baik,keempat adalah mempunyai kesempurnaan
fisik,dan kelima adalah adanya kecocokan,cinta,keserasian,dan kesetiaan.Krieria
tersebut akan sangat berpengaruh kepada pribadi dan karakter anak yang
dicita-citakan.
Setelah
proses pernikahan maka terbentuklah keluarga baru,langkah yang dilakukan adalah
mencari rezeki yang halal sehingga makanan,minuman pakaian,tempat
tinggal,merupakan hasil yang diridhoi Allah SWT.
2.
Periode pre-natal
Adalah
suatu pendidikan yang dilakukan oleh calon ayah dan ibu pada saat anak masih
berada dalam kandungan.Dalam kondisi seperti ini hendaknya calon ayah dan ibu
banyak beribadah kepada Allah,selalu berbudi pekerti yang baik,banyak membaca
ayat-ayat Al-Qur’an, karna pada fase prenatal terjadi pertumbuhan yang
penting di dalam rahim ibu.Suasana kesehatan dan kejiwaan ibu sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam rahimnya. Rangsangan yang
diberikan ibu kepada anaknya dalam rahim sangat penting bagi perkembangan
selanjutnya.Ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak sejak dalam
rahim.
Memasuki
bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan, bayi mulai mendengar suara-suara
seperti detak jantung ibu, suara usus dan paru-paru, dan juga suara lain di
luar rahim. Semua itu didengarkan melalui getaran ketuban yang ada dalam rahim.
Suara ibu adalah suara manusia yang paling jelas didengar anak, sehingga suara
ibu selalu menjadi suara manusia yang paling disukai anak..Kemampuan mendengar
ini sebaiknya digunakan oleh ibu untuk membuat anaknya terbiasa dengan
ayat-ayat al-Qur’an. Karena suara ibulah yang paling jelas, maka yang terbaik
bagi anak dalam rahim adalah bacaan ayat al-Qur’an oleh ibunya sendiri, bukan
dari tape, radio atau dari orang lain.
3.
Periode post-natal
Merupakan pendidikan yang dimulai sejak anak lahir sampai
dewasa.dalam praktek pendidikan Rasulullah SAW telah menanamkan dasar-dasar
pendidikan keluarga sebagaimana yang dikutip Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulum
al-Din,anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya hendaklah disembelihkan
aqiqahnya,serta diberi nama yang baik jika ia telah berusia enam tahun,didiklah
ia dengan adab susila(akhlak), jika ia telah berusia 9 tau hendaklah pisahkan
tempat tidurnya.Dan jika ia telah berusia 13 tahun pukullah ia jka tidak
mengerjakan shalat,serta jika ia telah berusia 16 tahun ia boleh dinikahkan.
Berdasarkan hadis tersebut maka pendidikan post-natal dapat dilakukan
sesuai dengan perkembangan anak sebagai berikut:
a.
Anak
berusia 0-3 tahun
Dalam usia ini lebih ditekankan dalam pendidikan jasmani,seperti
belajar jalan,duduk dan sebagainya,menciptakan suasana religius dalam diri
anak, seperti membri adzan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri, disembelihkan
hewan aqiqah, memberi nama yang baik, mencukur rambut dan lainnya.
b.
Anak
usia 3-7 tahun,
Pada usia 3 tahun anak sudah dididik karena anak sudah mulai
mengenal bahasa dan mengenal wibawa,sudah mulai mempunyai keinginan dan
kehendak.Pendidikan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah mengamalkan
ajaran Islam yang bersifat praktis,seperti membaca doa makan,tidur,membaca
basmalah untuk memulai kegiatan dan membaca hamdalah seusai kegiatan,memberi
kasih sayang,dan sebagainya.
c.
Anak
usia 7-13 tahun
Pada usia ini
anak sudah memasuki sekolah dan anak mulai tumbuh daya
intelektualnya.Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua adalah melatih anak
untuk bisa membedakan yang baik dan yang buruk,memisahkan tempat tidur antara
anak dengan orang tua,antara laki-laki dengan perempuan.Dalam mendidik anak
ketika memasuki sekolah,orang tua mempunya tugas untuk
1) Memasukkan anak ke
sekolah yang tidak bertentangan degan agama atau keyakinan.
2) Tetap membimbing dan mengawasi amaliyah agama.
3) Selalu memberikan perhatian dan kasih sayang.
4) Memonitoring/mengawasi
pergaulan diluar rumah dan mengarahkan agar bergaul dengan teman yang baik.
Demikianlah proses dan peranan pendidikan
keluarga dalam mendidik anak menurut konsep pendidikan islam. Dari penjelasan
di atas dapat kita ketahui betapa pentingnya peran ayah dan ibu dalam mendidik
anak-anaknya, mengembangkan potensi, bakat dan minatnya serta mengarahkan anak
agar selalu mengimplementasikan nilai–nilai keislaman.
Pendidikan keluarga islami juga menawarkan berbagai macam
pembelajaran yang sangat ampuh dalam membimbing anak menuju pribadi yang baik
dan bersahaja. Berikut merupakan beberpa pandangan Abu Umar tentang pendidikan
dasar islami yang patut diajarkan pada anak.[12]
a)
Menanamkan
Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri
bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka
dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid
dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia
serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Terjemahnya :“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah
kehendaki” (QS.An- Nisa: 48)
b)
Mengajari
Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri
kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat,
puasa serta beragam ibadah lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صَلُّوا
كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Terjemahnya : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
shalat” (HR. Al-Bukhari).
Dalam riwayat lain dijelaskan “Ajarilah anak-anak kalian untuk
shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka
berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat)” (Shahih Shahihil Jami’ karya
Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga
ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat
berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika
dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
c)
Mengajarkan
Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan
surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru
khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits.
Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai
menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
d)
Mendidik
Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab
Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan,
menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan
kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti
kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang
lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
e)
Melarang
Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin
diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan,
seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim,
durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
f)
Menanamkan
Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah
keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam
agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan
sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah
membebaskan negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian
kepada orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds
ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka
akan ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar
ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada
Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor
serta menakuti mereka dengan gelap.
g)
Membiasakan
Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan
menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan
pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan
anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak sesuai adat dan Syariat,
bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Untuk anak-anak perempuan,
biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika
dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Pada kenyataanya Sistem ini masih
bertahan pada daerah yang masih kental nuansa agamanya. Sangat jarang sekali
dikota-kota besar menerapkan sistem ini. Hal itu mungkin saja dipengaruhi oleh
gaya hidup kabarat-baratan, kapitalis bahkan mungkin juga karena lemahnya
pengetahuan agama. Faktor lain yang juga mungkin berpengaruh adalah sangat sibuknya
orangtua dalam mencari penghidupan di kota besar. Kebutuhan sehari-hari yang
tinggi ditambah dengan kurangnya waktu luang untuk keluarga menjadi sebab
kurang diterapkanya sistem ini.
Faktor Penyebab Pendidikan Keluarga Islami Ini Kurang Diminati
Faktor Dewasa
ini, keluarga muslim seakan kehilangan jati dirinya sebagai keluarga muslim
sejati. Bagaimana tidak, mereka lebih tertarik dengan sistem barat yang erat
kaitanya dengan Liberalisme. Anak diberi kebebasan sebebas-bebasnya,
baik dalam bersikap sampai beragama. Memang, Allah tidak pernah melarang
seorang menusia untuk masuk agamanya, tetapi alangkah tidak etisnya di negeri
yang mayoritas muslim ini, orang-orangnya malah lebih gemar memakai pranata
dari barat.
Setidaknya ada
2 faktor yang menjadi penyebab pendidikan keluarga islami ini kurang diminati
bahkan terkesan asing
Kurangnya
pemahaman agama adalah faktor yang paling dominan disini. Latar belakang
keluarga sekali lagi yang jadi masalah didepan masalah. Kesadaran akan pendidikan
agama orangtua yang kurang akan menjadi rantai abadi dalam sistem keluarga
berikutnya.
Jika dilihat
penggalan keterangan diatas tentang bertahannya sistem pendidikan keluarga
islami ini, maka akan ditarik kesimpulan bahwa ekonomi keluarga juga bagian
dari faktor kurang diminatinya sistem ini. Dari tinjauan waktu, orangtua yang
berada dikota akan menghabiskan lebih dari 8 jam dikantor untuk bekerja.
Tujuanya juga untuk menghidupi keluarga itu sendiri. Waktu sang kepala keluarga akan terkuras untuk
menghidupi keluarganya. Ditambah cicilan ini itu, dan tuntutan yang lainya.
Kesimpulan
Pendidikan
Keluarga islami adalah suatu sistem pendewasaaan
dan pendidikan dalam keluarga dan lingkungan yang bernafaskan islam. Perlu
diketahui bahwa pendidikan keluarga dan lingkungan sosial disebut juga
pendidikan Informal.
Pada
kenyataanya Sistem ini ditemukan bertahan pada daerah yang masih kental nuansa
agamanya. Sangat jarang sekali dikota-kota besar menerapkan sistem ini. Hal itu
mungkin saja dipengaruhi oleh gaya hidup kabarat-baratan, kapitalis bahkan
mungkin juga karena lemahnya pengetahuan agama. Faktor lain yang juga mungkin
berpengaruh adalah sangat sibuknya orangtua dalam mencari penghidupan di kota
besar. Kebutuhan sehari-hari yang tinggi ditambah dengan kurangnya waktu luang
untuk keluarga menjadi sebab kurang diterapkanya sistem ini.
Ada
dua faktor utama yang menjadi penyebab pendidikan keluarga islami ini kurang
diminati. Pertama adalah kurangnya pemahaman orangtua akan agama
sehingga akan menjadi rantai yang takberuung di generasi selanjutnya. Yang kedua
adalah faktor ekonomi. Ekonomi memaksa sebuah keluarga menjauh dari
keluarganya sendiri. Kebutuhan yang tinggi memaksa kepala keluarga bekerja
ekstra. Sehingga mengorbankan waktunya sendiri untuk keluarganya.
Daftar Pustaka
Abu Isma’il Muslim al-Atsari.2014.Tarbiyaah Al-Muqoddam. Jakarta:Kalam
Abadi
Efendy, Onong Uchana. 2005.
Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung:Remaja Rosda Karya
Jamil Zainu, Muhammad. 2015, Kaifa
Nurabbi Auladana,Terj . Abu Umar Al-Bankawy, Jakarta: Ar Raihan
Langgulung,Hasan. 1986. Manusia
dan Pendidikan, ”Analisis Psikologi dan Pendidikan”, Jakarta:Pustaka
al-Husna
Republik Indonesia, UU, No. 10 Tahun
1992
Republik Indonesia UU.No.30 tahun
2003
Republik Indonesia Peraturan
pemeintah no.17 tahun 2010
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan
Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Sumber Internet :
Ki Hadjar Dewantara,”Pendidikan keluarga”,Majalah Wasita
Jilid 1 No.3, Desember 1928. (dimuat ulang https://nasional.sindonews.com/diakses 14 oktober 2017)
[2] Efendy,
Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi
Teori dan Praktek. (Bandung:Remaja Rosda Karya), hlm. 54
[3] Republik
Indonesia, UU, No. 10 Tahun 1992
[4] Ki Hadjar Dewantara,”Pendidikan keluarga”,Majalah
Wasita Jilid 1 No.3, Desember 1928. (dimuat ulang https://nasional.sindonews.com/diakses 14 oktober 2017)
[6] Ibid,
hlm. 66
[10] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan,Analisis
Psikologi dan Pendidikan(Jakarta:Pustaka al-Husna,1986)hlm 335
[11] Ibid,
[12] Muhammad
Jamil Zainu, Kaifa Nurabbi Auladana,Terj . Abu Umar Al-Bankawy,
(Jakarta: Ar Raihan, 2015),hlm. 44
Casinos with Free Spins – Wooricasinos
BalasHapusCasinos with Free 먹튀검증업체 순위 Spins – Wooricasinos.info. Casinos sss포커 with Free Spins 메가 슬롯 – Wooricasinos.info. Casinos with 승인전화없는 꽁머니 사이트 Free Spins – Wooricasinos.info. Casinos with 강원 랜드 떡 Free Spins – Wooricasinos.info.