Perumpamaan Jodoh dalam Kehidupan Nyata


Jodoh, rezeki dan maut memeng rahasia tuhan. Manusia sebagai ciptaan tuhan hanya bisa menjalani dan bersyukur atas segala anugerahNya itu. Terlebih masalah jodoh, kadang orang merasa tidak pas, tidak cocok atau tidak serasi antar pasangan. Dalam masa-masa pacaran, mungkin ketika ada ketidak-cocokan anda akan memutuskan untuk ‘putus’, namun apabila sudah masuk dalam mahligai pernikahan apakah anda akan semudah itu untuk mengatakan ‘cerai’?

Dalam pepatah jawa, suami-istri bisa disebut 'garwo' atau memiliki kepanjangan sigarane nyowo atau belahan nyawa. Dapat diartikan dengan mudah, bahwa istri adalah bagian nyawa lain dari suami, hal ini juga berlaku bagi sang suami. Maksudnya, suami dan istri adalah suatu persatuan dari 2 hal yang sangat berbeda. Saling memahami dan mengerti adalah kunci utama dalam hubungan jodoh pernikahan, toh, kecocokan juga banyak berasal dari hal yang berbeda.

Ada analogi sederhana tentang bahasan jodoh. Jika anda ingin pasangan yang sempurna, itu tidak akan ada, namun jika ingin pasangan yang pas dengan anda, patut anda tengok filosofi bayangan cermin. “Dunia ini bagai kaca benggala” begitu kiranya ungkapan yang tepat. Jika ditarik ke bahasan perjodohan, apabila anda ingin bayangan yang baik pada cermin, anda juga harus memperbaiki diri anda, bukan bayangannya.

Intinya apabila anda ingin seorang pendamping hidup yang baik, anda juga harus memperbaiki diri anda dulu, apakah anda sudah pantas dengan dia? Yang pastinya bukan soal materi, namun inner-beauty (kecantikan dari dalam) bagi seorang wanita.
Itulah perumpamaan jodoh yang dianalogikan dengan bayangan cermin. Anda bisa bayangkan dan  renungkan sendiri. Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Pendidikan Islam Dra. Zuhairini, dkk [RESENSI]

Relevansi Pendidikan Keluarga Islami pada Masyarakat

Pemikiran Pendidikan Ibnu Miskawaih [Makalah]